Diabetes Melitus merupakan kondisi kronis yang memerlukan pengelolaan kadar gula darah yang ketat dan berkelanjutan untuk mencegah komplikasi serius pada jantung, mata, ginjal, dan saraf. Penanganan kondisi ini sangat bergantung pada penggunaan Obat Diabetes yang tepat, yang bekerja melalui berbagai mekanisme berbeda, mulai dari meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin hingga langsung mengganti hormon insulin yang kurang. Memahami jenis-jenis Obat Diabetes yang tersedia, termasuk cara kerjanya dan kapan harus digunakan, adalah langkah krusial bagi pasien dan keluarganya. Pilihan Obat Diabetes harus selalu disesuaikan dengan jenis diabetes (Tipe 1 atau Tipe 2), kondisi kesehatan individu, dan rekomendasi dari dokter spesialis.
Metformin dan Golongan Sensitizer
Metformin, yang termasuk dalam golongan Biguanide, sering kali menjadi lini pertama Obat Diabetes untuk pasien Diabetes Tipe 2, terutama yang mengalami kelebihan berat badan. Metformin bekerja dengan dua cara utama: pertama, mengurangi produksi glukosa oleh hati (glukoneogenesis); dan kedua, meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh, terutama otot, terhadap insulin. Dengan meningkatnya sensitivitas, sel dapat mengambil glukosa dari darah lebih efisien. Keunggulan Metformin adalah kemampuannya menurunkan gula darah tanpa menyebabkan hipoglikemia (gula darah terlalu rendah) dan seringkali membantu menurunkan berat badan.
Selain Metformin, terdapat golongan Thiazolidinedione (TZD) seperti Pioglitazone, yang juga berfungsi sebagai sensitizer insulin. TZD bekerja dengan memengaruhi gen yang mengontrol metabolisme lemak dan karbohidrat, sehingga sel menjadi lebih responsif terhadap insulin.
Golongan Sulfonylurea dan Insulin Secretagogue
Berbeda dengan Metformin, golongan Sulfonylurea (seperti Glibenclamide dan Glimepiride) bekerja dengan merangsang pankreas untuk memproduksi dan melepaskan lebih banyak insulin. Obat ini sangat efektif dalam menurunkan gula darah tetapi memiliki risiko utama berupa hipoglikemia, karena insulin yang dilepaskan tidak selalu tergantung pada kadar gula darah saat itu.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (data non-aktual), dalam panduan terbaru mereka pada tahun 2024, menyarankan bahwa pasien yang menggunakan Sulfonylurea harus mematuhi jadwal makan yang ketat untuk menghindari hipoglikemia. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo pada hari Selasa, 14 Januari 2025, setiap pasien yang baru memulai terapi Sulfonylurea diberikan edukasi intensif oleh farmasis mengenai gejala dan penanganan darurat hipoglikemia.
Insulin: Pengganti Hormon Vital
Insulin adalah hormon yang secara alami diproduksi oleh pankreas. Untuk pasien Diabetes Tipe 1, yang pankreasnya berhenti memproduksi insulin sama sekali, terapi insulin adalah mutlak. Pasien Diabetes Tipe 2 juga mungkin memerlukan insulin jika pankreas mereka sudah kelelahan dan Obat Diabetes oral tidak lagi efektif.
Insulin tersedia dalam berbagai jenis, berdasarkan kecepatan dan durasi kerjanya: rapid-acting, short-acting, intermediate-acting, dan long-acting. Pilihan jenis dan dosis insulin sangat individual dan harus diawasi ketat. Proses edukasi mengenai teknik penyuntikan yang benar, penyimpanan insulin (suhu kulkas 2∘C hingga 8∘C), dan penghitungan karbohidrat seringkali dilakukan oleh Perawat Diabetes Spesialis di klinik diabetes.
Pengelolaan diabetes memerlukan koordinasi multidisiplin, termasuk dokter, ahli gizi, dan terkadang petugas penegak hukum yang menangani kasus penipuan obat. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri secara rutin melakukan pengawasan untuk mencegah peredaran Obat Diabetes palsu. Pada penindakan di Gudang Farmasi Ilegal di Jakarta Barat pada Sabtu, 22 Maret 2025, ditemukan ribuan kemasan Metformin palsu, menunjukkan betapa pentingnya membeli obat hanya dari apotek dan distributor resmi.
