Hubungan antara penurunan trombosit dan gangguan hati sering kali terlewatkan, padahal keduanya memiliki dampak ganda yang signifikan pada kesehatan. Hati, organ vital yang bertanggung jawab atas berbagai proses metabolisme, juga memainkan peran sentral dalam produksi dan regulasi trombosit.
Gangguan fungsi hati, terutama sirosis, sering kali menyebabkan penurunan jumlah trombosit. Ini terjadi karena dua alasan utama. Pertama, sirosis mengakibatkan pembengkakan limpa, sebuah kondisi yang disebut splenomegali, di mana limpa yang membesar mulai menampung dan menghancurkan trombosit lebih banyak dari normal.
Kedua, hati yang sakit tidak lagi dapat memproduksi trombopoietin (TPO) secara optimal. TPO adalah hormon penting yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi trombosit. Ketika produksi TPO berkurang, jumlah trombosit dalam darah pun akan ikut menurun secara signifikan.
Jadi, ketika seseorang memiliki penyakit hati kronis, mereka tidak hanya menghadapi masalah yang berkaitan dengan fungsi hati itu sendiri, tetapi juga menghadapi dampak ganda dari jumlah trombosit yang rendah. Kondisi ini membuat mereka lebih rentan terhadap pendarahan, baik internal maupun eksternal.
Misalnya, penderita sirosis sering mengalami pendarahan varises esofagus yang berbahaya. Dengan jumlah trombosit yang rendah, kemampuan tubuh untuk membekukan darah dan menghentikan pendarahan ini menjadi sangat berkurang. Ini menunjukkan betapa seriusnya dampak ganda ini.
Selain itu, penurunan trombosit juga dapat mempersulit prosedur medis, seperti biopsi hati atau operasi, karena risiko pendarahan yang meningkat. Hal ini memerlukan penanganan khusus dari tim medis untuk memastikan keamanan pasien.
Memahami dampak ganda ini sangat penting bagi dokter dalam mendiagnosis dan mengelola pasien dengan penyakit hati. Pengobatan harus tidak hanya fokus pada memperbaiki fungsi hati, tetapi juga pada mengatasi masalah trombositopenia yang menyertainya.
Secara keseluruhan, hubungan antara hati dan trombosit adalah contoh sempurna dari bagaimana organ-organ tubuh saling terkait. Gangguan pada satu organ dapat memicu serangkaian masalah di organ lain. Itulah mengapa penanganan holistik sangat diperlukan untuk kasus-kasus seperti ini.
